Senin, 16 Mei 2011

Penyesalan

Misha singkap kembali tabir ingatannya. Luna Manis nama itu, semanis orangnya. Dialah kawan karib Misha yang selalu dingatannya. Sudah enam tahun mereka mengenali antara satu sama lain. Kegembiraan dan keperitan hidup di alam remaja mereka lalui bersama. Tetapi itu semua hanya tinggal kenangan saja. Misha kehilangan seorang sahabat yang tidak ada kalang-gantinya.
Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu. Sewaktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Misha sedang marahan dengan Luna karena mengambil pena kesukaannya tanpa izin dan menghilangkannya.
Apabila Misha bertanya, Luna hanya berkata dia akan menggantikannya. Misha tidak mau Luna menggantikannya. Karena pena yang hilang itu berlainan dengan pena yang akan digantikan oleh Luna. Pena yang hilang itu adalah hadiah dari pada Luna sewaktu mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib. Luna sengaja membeli sepasang pena yang sangat lucu dan satuanya untuk ia sendiri. Yang berwarna merah ia berikan kepada Misha dan yang pink untuk ia sendiri.
“aku tak ingin kamu menggantikannya ! Pena yang hilang itu berharga bagiku! Misha memarahi Luna,”
“Selagi kau tak menemukan pena itu, selagi itulah aku tak akan bercakap dengan kau !”Begitu marahnya Misha pada Luna sudah tak terbendung. Meja kantin itu dihentaknya dengan kuat hingga luna begitu terkejut. Misha yang mukanya memang kemerah-merahan , bila marah bertambah merahlah mukanya itu. Luna dengan keadaan sedih dan terkejut hanya berdiam diri lalu menjauh dari situ. Misha tahu Luna merasa sedih mendengar semua kata-katanya itu. Misha tak berniat hendak melukai hati sahabatnya itu tetapi waktu itu dia terlalu marah, ia pun tak dapat mengontrol emosinya dan tanpa sadari mutiara jernih membasahi pipinya.
“Sudah beberapa hari ini Luna tidak datang ke sekolah. Aku merasa risau. Disamping itu aku merasa kesepian tanpa ia di sampingku. Apakah ia sakit ? Apa yang terjadi” bertanya-tanya Misha seorang diri. Fikiran Misha betul-betul kacau hari ini. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan.
“eemmmm... Sebaiknya aku pergi ke rumahnya saja !! Bisik Misha dalam hati kecilnya.
Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Tiba-tiba telpon di rumah Misha berbunyi,
“ring,riiiiiiiiing,rriiiing,riiiing.” Ibu Misha menjawab panggilan itu.
“Misha..ohh Misha” teriak ibunya.
“Iya ma’ ada apa ? Tanya Misha.
“Cepat, ganti baju. Kita ke rumah Luna sekarang ada seesuatu yang terjadi. Kakaknya Luna menelpon katanya kita pergi ke rumahnya sekarang juga.” Suara ibu misha tergesa-gesa menyuruh putrinya cepat bersiap.
Misha begitu terkejut mendengar berita ini. Tiba-tiba jantung Misha berdetak cepat. Ia tak pernah merasakan seperti itu. Ia merasa tak tenang. Sepertinya ada sesuatu buruk yang terjadi pada luna. Hati Misha terus bertanya-tanya . Dari tadi pagi ia terus memikirkan Luna. Entah apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
“ Yaa Allah , berilah aku ketenangan dan tentramkanlah hatiku. Apapun yang terjadi saat ini dan nanti aku tahu itu semua ujian dari-Mu. Ku mohon jauhkanlah setiap perkara yang tak baik terjadi !!!!. “berdoalah Misha kepada Allah sepanjang perjalanannya menuju ke rumah Luna.

Misha dan ibunya akhirnya tiba di rumah Luna. Jantungnya semakin berdetak kencang melihat Rumah Luna dipenuhi dengan sanak-saudaranya. Langkah Misha begitu berat menuju ke dalam rumah. Langit bagaikan runtuh dan jatuh tepat di atas kepalanya. Misha terus berjalan menuju ibu Luna dan bersalaman dengan ibunya. Dan ia bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.
Ibu Luna dengan nada sedih menjelaskan kejadian naas itu pada Misha. Luna ditabrak mobil sewaktu ia menyeberang jalan berdekatan dengan sekolahnya. “ dia memang tidak sehat tetapi ia tetap memaksakan diri ke sekolah. Ia ingin bertemu dengan kamu. Tapi keinginannya itu tak sampai. Hingga di saat dia menghembuskan nafas terakhirnya” jelas ibu Luna dengan berlinang air mata.
Kakak luna yang ada disisi ibunya tampak memegang sebuah sampul surat yang masih dia genggam erat ditangannya. Terisak-isak suara ibu Luna pada Misha saat menceritakan kecelakaan itu. Ibu luna pun menghulurkan surat Luna yang sangat ingin Luna berikan pada sahabatnya itu yang tak lain adalah Misha.
Di dalam sampul surat itu terdapat pena kesukaanku. Dan juga selembar surat untukku.

Misha Septiani,
Aku minta maaf karena telah membuat kamu marah karena telah menghilangkan pena kesukaanmu. Selepas engkau memarahi aku , aku pulang dari sekolah sewaktu hujan lebat karena ingin mencari penamu. Di rumah aku tak menemukannya. Tapi aku tak putus asa dan mencoba mengingatnya dimana aku meghilangkannya. Dan aku teringat pena itu ada di meja laboratorium biologi. Itupun agak lambat aku ingin ke sekolah tapi badanku tak sehat tapi dengan bantuan Reny dia menolong untuk mencarikan. Tenyata pena itu Reny temukan dibawah mejamu, terima kasih karena kau telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama setahun kita di SMA. Terima kasih sekali lagi karena selama ini mengajariku tentang arti persahabatan dalam hidup ini.

Luna Andriani.

Kolam mata misha dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinang dengan derasnya karena tak bisa terbendung lagi. Jika bisa ingin dia meraung sekuat hatinya. Begitu ingin Misha memeluk tubuh sahabatnya dan memohon maaf padanya tapi apa daya semuanya sudah terlambat. Luna sudah tiada, dan jenazah Luna masih di rumah sakit.

Begitu banyak hal yang masih belum Misha lakukan dengan Luna. Mereka pernah berencana akan liburan ke bali saat libur semester nanti. Tapi semua rencana dan impian keduanya hanya akan jadi rencana untuk selamanya. Tak pernah terbayang dalam pikiran Misha ia harus mengahadapi kejadian seperti ini.
“Tuhan terlalu cepat mengambilnya dariku ma’ !!! Isak misha
“sabar, sayang ini sudah menjadi kehendak tuhan..!! Jelas ibu misha

*****

Semua keluarga Luna telah menyiapkan semua perlengkapan pemakaman. Semua tinggal menuggu jenazahnya dari rumah sakit. Terdengar bunyi sirine ambulans didepan jalan. Semua keluarga bergerak keluar melihat jenazah Luna yang akan diturunkan dari ambulans.
Misha semakin tak bisa menahan kesedihannya saat melihat keranda hijau itu diturunkan dari mobil. Ingin rasanya Misha memutar waktu . Ia tak sanggup menghadapi semua ini. Terlebih lagi ibu Luna ia bahkan jatuh pingsan saat jenazah dibawa masuk ke dalam rumah. Kesedihan yang luar biasanya.
Gerimis turun perlahan disaat kematian Luna. Luna memang begitu senang saat gerimis turun. Misha jadi teringat saat kejadian disekolah waktu bersama luna saat itu gerimis turun. Semua memory indah saat bersaat Luna bagaikan terputar seketika dalam otaknya, tak ada yang bisa mengubah takdir ini. Tak ada pertemuan yang abadi. Setiap orang akan menemui ajalnya entah itu dimana jika Tuhan sudah menghendaki.
Jazad kaku dengan kain putih yang menutupinya terlihat tebujur kaku diatas dipan coklat di ruang tamu.. Dia tak lain adalah Luna. Ibu Luna tak hentinya memeluk dan mencium jenazah putrinya. Dengan terisak-isak ia masih berusaha tegar dengan cobaan yang Tuhan berikan untuknya.
“sabar...sabar...sabar bu..!!! Ini sudah jadi kehendak yang Maha kuasa..!!!”Ujar ibu misha sambil memeluk ibu luna.
“iiyaa bu aniz, tapii sungguh berat buat saya menerima secepat ini..!!!” Desah ibu Luna.
Misha tak mengucapkan sepatah kata pun saat dia berada di pemakaman Luna. Ia hanya diam dan diam. Misha menatap langit yang sedang mendung merasakan gerimis yang menerpa tubuhnya yang lemah. Ia merasakan dunia berputar . Penyesalan dalam dirinya begitu dalam. Arti persahabatan mereka tak sebanding dengan harta yang berlimpah. Karena persahabatan mereka begitu tulus.
Tuhan telah mempertemukan keduaya meskipun dalam waktu yang singkat di dunia ini. Tapi suatu saat nanti Tuhan akan kembali mempertemukan mereka di lain tempat. Karena tak ada pertemuan tang abadi. Berpisah bukan berarti persahabatan mereka bakalan putus. Karena jika putus itu bukanlah persahabatan.
Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Misha dari pada lamunan . Barulah ia sadar bahwa dia hanya mengenang kisah silamnya. Persahabatan mereka lebih berharga dari pada pena itu. Misha benar-benar menyesal dengan perbuatannya.
Dia berjanji tak akan membiarkan peristiwa itu terulang kembali. Semenjak itu misha berubah ia makin rajin shalat dan selesai shalat ia selalu membaca al-qur’an dan selalu bersedekahkan ayat-ayat al-qur’an kepada sahabatnya. Dengan cara ini sajalah yang dapat Misha balas balik jasanya Luna dan mengeratkan persahabatannya. Semoga dengan kalam Allah Luna akan bahagia di alam baza. Amiinn.








Persahabatan itu indah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar